Jumat, 08 Mei 2015

Variasi Point of View Orang Pertama dalam Menulis Novel

Seperti yang saya pernah jelaskan dalam blog Jalan-jalan, Main, Nulis tentang Tips  Memilih Sudut Pandang Dalam Menulis Novel, dalam artikel ini saya ingin menjelaskan variasi-variasi yang ada dalam penggunaan sudut pandang orang pertama.



Variasi pertama adalah berdasarkan jumlah tokoh atau pelaku. Ada penulis yang menggunakan satu tokoh saja dan ada penulis yang menggunakan satu tokoh saja namun jamak. Biasanya jika hanya menggunakan satu tokoh tunggal saja penulis menggunakan kata aku, saya, gue dan sebagainya. Namun ketika menggunakan PoV orang pertama jamak, maka penulis akan menggunakan kata kami atau kita secara konsisten dari awal sampai akhir ceritanya.

Berbeda dengan variasi pertama, di variasi berikutnya ini ada penulis yang menggunakan PoV orang pertama tunggal, namun berbeda-beda tokoh dalam setiap bab maupun situasi nya. Kata yang digunakan penulis tetap sama semacam saya, ana, gue dan sebagainya. Namun, yang membedakan dengan variasi pertama diatas, pada variasi ini penulis menggunakan kata saya, ana, atau gue itu untuk 2 atau lebih tokoh yang berbeda.

Untuk novel terjemahan barat, penggunaan variasi kedua ini sudah cukup banyak. Di Indonesia sendiri salah satu novel yang gue suka adalah novel adaptasi Mama Cake karya Moemoe Rizal. Dalam novel tersebut penulis pure menggunakan PoV orang pertama tunggal. Namun di setiap bab novel tersebut tokoh utama yang diceritakan Moemoe berbeda. Di bab pertama tokoh Aku itu menceritakan sosok Raka, seorang idealis yang masih berada di bawah kaki ayahnya sendiri. Lanjut ke bab berikutnya sentral penceritaan berpindah kepada Willy seorang playboy yang cukup sukses. Di bab berikutnya sosok 'aku', 'gue', 'ana', 'saya' yang menjadi pusat penceritaan PoV orang pertama beralih kepada Rio yang merupakan seorang seniman sableng. Begitu seterusnya hingga novel tersebut berakhir.

Menurut saya, penggunaan PoV orang pertama variasi kedua jauh lebih memudahkan penulis dalam menulis ceritanya. Penulis tidak perlu memposisikan dirinya menjadi seorang dewa seperti yang ada dalam sudut pandang orang ketiga. Namun posisi penulis pun tak terbatas hanya pada satu tokoh atau karakter saja.

Tertarik denga artikel ini? Silahkan share ke akun media sosialmu. Nantikan tips berikutnya dari saya. Seseorang yang belum menjadi apa-apa dan belum menulis apa-apa.

0 komentar:

Posting Komentar